DIREKTUR IDFoS INDONESIA, DJOKO HADI PURNOMO S.E M.Si M.E BERSAMA DINKES ADAKAN SOSIALISASI PHBS DI PONDOK PESANTREN AL ROSYID BOJONEGORO
.Institute Development of Society(IDFoS) Indonesia merupakan salah satu LSM di Kabupaten Bojonegoro yang terlibat aktif dalam isu ketenagakerjaan. Merujuk pada nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, kemandirian dan demokrasi, IDFoS Indonesia aktif dalam berbagai program. Diantaranya program terkait isu lingkungan dan kesehatan. Hari ini, Kamis (5/10/23) IDFoS bekerjasama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro mengadakan Sosialisasi dan Edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pentingnya vaksin Covid-19 dengan sasaran materi siswa-siswi Madrasah Aliyah Al Rosyid Bojonegoro yang bertempat di Aula atas ponpes Al Rosyid tepat pukul 10.30 WIB.
Acara tersebut, dihadiri oleh Ketua IDFoS Indonesia Bapak Djoko Hadi Purnomo S.e M.Si M. E beserta para staffnya, Bapak KH. Muhammad Shofiyullah Masyhur pengasuh ponpes Al Rosyid, Bapak Fathul Rozi S.Km dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro, ustadz-ustadzah Al Rosyid, dan juga segenap siswa-siswi Madrasah Aliyah yang sangat antusias sekali mengikuti sosialisasi pada pagi hari ini.
Bapak pengasuh menyampaikan, bahwa hidup bersih dan sehat merupakan salah satu motto yg diajarkan dalam agama islam, sehingga kegiatan ini merupakan satu perwujudan bahwa apa yang kita lakukan juga dilakukan oleh beberapa pihak diluaran sana untuk hidup bersih dan sehat sehingga kita bisa selamat dunia dan akhirat, karena bersih merupakan pangkal daripada sehat.
"Acara semacam ini sebenarnya perlu untuk diadakan, karena dengan adanya hidup bersih didalam hidup kita dapat membantu kita menjadi generasi emas, karena kalian merupakan generasi penerus yang nantinya akan memimpin bangsa Indonesia ini" tutur Bapak Pengasuh dalam sambutan beliau mengawali acara ini.
Bapak Djoko Hadi Purnomo S.e M.Si M.E, menjelaskan salah satu program dari IDFoS adalah tentang pengelolaan sampah, sehingga dengan adanya program tersebut terbentuklah hubungan kerja sama lembaga atau yayasan yang ada di Jakarta dengan pondok-pondok pesantren yang membahas tentang PHBS atau Pola Hidup Bersih Dan Sehat.
"Saya sangat berharap bahwa apa yang telah dijelaskan dalam islam bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman tidak hanya sebatas slogan, akan tetapi benar-benar diterapkan dipondok pesantren Al rosyid ini" ucap direktur IDFoS dalam sambutannya.
Pak Joko (sapaan akrab beliau) menambahkan, ucapan banyak terimakasih kepada Ponpes Al Rosyid yang selama ini telah bersedia menerima dengan baik, dan semoga bisa bermanfaat bagi warga al rosyid dan bisa lebih baik lagi didalam kegiatan-kegiatan yang lain.
Pondok pesantren memiliki peran penting dimasyarakat, dan juga memiliki basic massa yang luar biasa ketika masa tahun politik. Islam selalu mengajarkan terkait dengan kebersihan,النظافةمن الايمان yang berarti kebersihan adalah sebagian dari iman.
Bapak Fathul Rozi S.Km menyampaikan beberapa standar sanitasi yang seharusnya ada dalam sebuah lembaga atau pondok pesantren, diantaranya sanitasi di lingkungan ponpes itu sendiri, sanitasi ditempat pembuangan, sanitasi di tempat pembuatan makanan, sanitasi di tempat tinggal anak(kamar), sanitasi jamban (wc), dan juga sanitasi masjid.
"Upayaa yang harus selalu diterapkan salah satunya ialah Cuci Tangan Pakai Sabun atau sering disebut dengan CTPS, karena banyak penyakit yang bisa kita cegah dengan CTPS diantaranya diare, muntaber, dll" tutur Pak Rozi sapaan akrab beliau.
Ketika kita melakukan aktifitas dan aktivitas itu mengahasilkan sampah, maka tanggung jawab kita harus membuang sampah tersebut ketempatnya. Prinsipnya, sampah bisa jadi berkah apabila diopeni dan ada 3 pola dalam mengelola sampah yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan ulang), dan Recycle(mendaur ulang) dan limbah yang dihasilkan juga harus ada upaya pengelolaannya. Terkait dengan air bersih, kuantitas dan kualitas setiap 1 orang standarnya 60 liter perhari, dan juga yang perlu diperhatikan ialah bak penampung dari air tersebut, apakah layak digunakan ataupun adakah jentik-jentik yang bersarang dibak penampungan tersebut. Konsumsi santri yang dibuat juga harus memenuhi 3B+1A yaitu beranekaragam, bergizi, berkembang dan aman.
"Standar WC yang ada, perbandingannya antara 1:40 untuk cowok dan 1:25 untuk cewek, dan antara septic tank satu dengan yang lain berjarak minimal 10 meter" imbuh beliau menjelaskan tentang standar sanitasi jamban.
Cara beliau menghidupkan suasana ketika memaparkan materi dengan menyelipkan beberapa pertanyaan bagi siswa-siswi yang berani menjawab dan mendapat reward yang pastinya menambah semangat para siswa dalam mendengarkan paparan materi.
"Pak mau tanya, bagaimana cara mengatasi tikus, sedangkan tikus saja tidak takut kepada manusia" tanya salah satu siswa yang mengundang gelak tawa dari teman-temannya.
"Kita harus menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah ditempat yang sekiranya banyak tikus karena itu akan menjadi sarang berkembang biak bagi tikus" tutur beliau menjawab pertanyaan siswa tersebut.